Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Taruna Dijadikan Lelaki Sempurna

by Jonathan Mangiring


Tahun pertama pendidikan di akademi militer, enam bulan sesudah aku jadi taruna, aku bersama 19 orang taruna lainnya dipanggil Bagian Kesehatan Akademi. Di Klinik Akademi kami semua disuruh telanjang bulat. Rupanya akademi mempunyai catatan tentang taruna yang belum sunat. Karena itu kami diperiksa lagi untuk mengkonfirmasikannya. Kami berdiri bertelanjang bulat, berbaris 3 syaf. Seorang dokter militer berpangkat kolonel yang ganteng dan bertubuh tinggi besar dan atletis memeriksa batang kemaluan kami. Kulup kami ditarik ke belakang dan kedepan untuk memastikan apakah kami benar-benar belum sunat, sekaligus memeriksa kondisi kesehatan alat kelamin kami. Pemeriksaan itu membuat kami ereksi, beberapa teman yang bertubuh kekar dan berlibido kuat bahkan mengeluarkan cairan mazi (pre-cum) karena terangsang, tapi tidak sampai memancarkan air mani. Dokter tidak berkomentar apa-apa. Bersama asistennya yang tak kalah gantengnya mencatat semua hasil temuannya. Setelah pemeriksaan selesai, kami diberitahu bahwa mulai hari itu kami diwajibkan untuk ikut latihan binaraga selama 6 bulan.Latihan binaraga di akademi militer sangat berat karena pelatihnya biasanya sadis dan gemar menngunakan alat penyiksa, terutama cemeti. Bulan ke-6 tubuh kami menjadi sangat atletis dan berotot. Otot dada dan lengan serta tungkai kami menonjol dan perut kami rata berotot seperti tukang kayuh perahu. Untunglah kami lulus ke tingkat II. Tapi kami diberitahu bahwa hak cuti kami yang 19 orang tidak diberikan karena harus disunat dan harus tinggal di akademi sampai sembuh. Pada hari sunat, kembali kami datang ke klinik. Kali ini kami berangkat dari asrama sudah bertelanjang bulat. Jadilah 19 orang taruna berjalan kaki ke klinik telanjang bulat. Tetapi klinik berada dalam kompleks akademi, jadi yang melihat kami adalah para pelatih akademi yang sudah biasa melihat taruna bertelanjang bulat. Di klinik kami diperiksa lagi dan diapelkan, seorang pejabat akademi memberikan sambutan singkat dan mengingatkan pentingnya sunat bagi kesehatan taruna dan sakitnya disunat karena dilakukan tanpa anestesi samasekali. Tapi sebagai taruna kami dilarang mengamuk atau menjerit-jerit waktu disunat jika kesakitan. Karena sebagai taruna sudah biasa disiksa selama pendidikan tingkat I, seperti dicambuk dengan cemeti berujung paku, disetrum, bahkan paha kmai ditempeli besi panas, atau perut dan puting susu kami disundut rokok menyala sampai melepuh dan luka oleh pelatih atau taruna senior kami. Kami hanya diizinkan menyeringai (nyengir) atau menggeliat dan menggelinjang jika kesakitan. Setelah apel selesai kami dalam keadaan telanjang bulat dilatih bernafas teratur agar tenang dan relax untuk mengurangi sakit. Lalu bergiliran disunat. Ruangan dikunci dan dijaga 2 orang Polisi Militer yang besar, berotot dan ganteng. Maksudnya untuk mencegah kami lari ketakutan. Sebelumnya pernah terjadi seorang taruna mau kabur karena ketakutan waktu melihat temannya menggeliat-geliat sangat kesakitan waktu disunat. Sebelum disunat kami dipijat dalam keadaan telanjang bulat. Lalu didudukkan setengah berbaring di meja operasi dengan kedua lengan terangkat ke atas, dirantai dan diborgol. Pinggang diikat sabuk lebar dan difiksasi kuat. Kedua tungkai mengangkang dan pergelangan kaki diborgol pada besi meja operasi. Rambut kemaluan tidak dicukur sesuai dengan prosedur bedah modern. Aku merasakan ketatnya borgol dan fiksasi sehingga tidak bisa bergerak sama sekali. Setelah semua siap, seorang dokter berpangkat kolonel, ganteng berkumis dan sangat berotot mulai bekerja. Dia mengatakan :"Siap,ya.Ini akan sakit sekali! Sekarang bernafas teratur!". Ketika aku sedang mengatur nafas ia mulai menggunting kulupku. Supaya aku kaget dan makin kesakitan ia menggunting sambil menyentakkannya. Sehingga aku kaget, nanar dan kesakitan. Tubuhku berguncang menggeliat dan wajahku menyeringai kesakitan. Gunting dilanjutkan pelan-pelan supaya aku merasakan pedihnya disunat. Aku hampir pingsan kesakitan, keringat bercucuran sekujur tubuhku yang telanjang bulat ! Untunglah aku tahan. Pekerjaan itu dilakukan setengah jam karena dibuat agar taruna benar-benar merasakan pedihnya siksaan itu. Selesai sunat kami tidak diberi obat apa-apa bahkan luka sunat pun tidak diperban. Setelah borgol dilepas kami langsung disuruh berdiri. Agak sempoyongan karena masih terasa nyerinya kulup digunting. Lalu di suruh berbaring di atas lantai tanpa alas apapun di ruangan lain. Alasannya, dinginnya lantai dapat mengurangi nyeri. Maka tampaklah 19 orang taruna yang telanjang bulat berbaring di atas lantai dan umumnya tampak sangat kesakitan. Kami diopname selama 5 hari. Selama diopname di klinik kami tidak diizinkan mengenakan selembar benang pun, alias harus telanjang bulat. Dengan alasan agar luka sunat cepat sembuh. Demikianlah kejamnya cara menyunat taruna di akademi militer. Oleh karena itu bagi mereka yang belum sunat, dianjurkan sunat dulu jika diterima jadi taruna akademi militer.

###

14 Gay Erotic Stories from Jonathan Mangiring

Bentrokan Di Malam Minggu Yang Membawa Nikmat

Pada suatu malam minggu telah terjadi bentrokan di muka markas kesatuan kami - suatu kesatuan militer dari suatu negara. Entah apa alasannya maka terjadi bentrokan itu, yang pasti sebagai seorang perwira yang bertanggungjawab di bidang kepolisian militer (PM) aku segera dilapori. Segera aku meluncur ke markas dan setibanya di sana aku dapati 14 pemuda remaja sudah dimasukkan tahanan

Cerdas Cermat

Cerdas Cermat adalah acara yang paling digemari oleh para pelatih dan taruna senior di Akademi Militer (tidak penting di kota mana atau di negara mana), tetapi paling ditakuti oleh taruna yunior yang dipanggil Calon Prajurit Taruna (Capratar). Masa Capratar berlangsung pada 3 bulan pertama di awal pendidikan Akademi Militer. Pada masa itu Capratar nyaris dianggap setengah manusia atau

Dibentuk Jadi Laki-laki

Sekarang aku sudah jadi perwira menengah, akan tetapi pengalaman sadis sebagai taruna akademi militer tidak dapat kulupakan begitu saja. Aku baru berumur 18 tahun waktu diterima jadi calon taruna. Tidak usah kusebutkan akademi militer apa dan dimana, bahkan di negara mana, karena aku terikat sumpah untuk tidak cerita. Waktu itu ada sekitar 100 orang calon taruna baru dan kami yang

Jadi Tahanan Polisi Militer

Aku seorang bintara (tidak perlu kusebut dari angkatan mana dan di negara mana). Tampangku cukup ganteng dan tubuhku atletis. Sebetulnya aku punya ijazah sarjana (S1), tapi karena susah cari kerja aku masuk sekolah bintara dan berhasil lulus. Walaupun aku cukup senang dengan tugas dan pekerjaan di kesatuanku, tapi karena terlalu senjang dengan pendidikanku setelah 2 tahun aku bosan.

Jason Minta Supaya Aku Mau Dientot Tapi Kutolak

Jason adalah seorang bule yang sudah lama berada di negeri ku. Tidak heran jika dia tahu bahasa yang dipakai orang di negeriku. Tidak mudah untuk mendekati Jason, karena dia sibuk. Dia bekerja di suatu stasiun TV di negeriku sebagai penyiar. Keadaan negeriku jauh berbeda dengan di negerinya. Jason berasal dari suatu negara barat dan dia berkulit putih. Dia lumayan tinggi besar seperti

Kamar Siksa

Apakah hal seperti ini masih terjadi sekarang, aku tidak tahu. Tapi aku ingin menceritakan apa yang aku alami waktu aku mengikuti pendidikan militer sesudah tamat sekolah menengah. Nama asli institusi pendidikan militer itu bukan "sekolah" tapi disini aku sebut saja sekolah dan nama jabatan pimpinannya juga bukan "komandan" tapi aku sebut saja di sini komandan. Demikian pula sebutan

Manuver Rantai

Hobby dan dorongan menyiksa (bernuansa seksual) secara sadis di kalangan pelatih militer banyak aku temui selama aku mengikuti pendidikan militer (di suatu negara yang tak perlu aku sebut namanya). Siswa di akademi militer disebut Kadet atau dalam bahasa Indonesia : Taruna.Sebelum dilantik jadi Taruna, pada 3 bulan pertama Taruna-baru disebut Calon Prajurit Taruna atau Capratar. Capratar

Menyiksa Alex dengan kejam sebelum dinikmati.

Waktu aku masih bertugas di polisi militer aku punya anak buah bernama Alex. Dia berpangkat Sertu (sersan satu), umurnya sekitar 25 tahun. Seperti umumnya anggota polisi militer, Alex orangnya tinggi ramping, sekitar 170 cm dengan berat 60 kg. Tubuhnya kelihatan ramping, tapi kalau bajunya dilepas maka tampak tubuhnya yang atletis, berotot ketat dengan otot dada yang sangat menonjol

Olahraga Khas Taruna

Apa yang terjadi di dalam barak-barak akademi militer dan gedung olahraga akademi militer (tidak perlu disebut dimana atau di negara mana)adalah suatu misteri yang unik tapi kejam, sadis dan jantan! Aku teringat masa tarunaku, ketika aku masih berumur antara 18 - 20 tahun. Salah satu yang paling berkesan adalah waktu mengikuti acara olahraga khas taruna. Olahraga ini sering dilakukan

Penerapan kekejaman di pendidikan calon perwira.

Baru-baru ini diberitakan tentang penyiksaan yang dilakukan dalam pendidikan calon perwira di Peru. Penyiksaan ini dila-kukan oleh para senior terhadap yunior,yaitu siswa baru. Di layar TV ditayangkan hasil rekaman yang antara lain menun-jukkan seorang pemuda remaja berseragam tentara digantung di bawah pohon dan perutnya ditonjok oleh seniornya sampai muntah dan pingsan. Tayangan lain

Sang Komandan

Setelah 3 tahun bertugas di suatu kesatuan militer aku ditempatkan di kesatuan lain. Tak perlu kubilang nama kesatuannya atau di angkatan mana atau pun di negara mana. Aku tamatan suatu akademi militer dan saat kejadian ini sudah berpangkat kapten. Kesatuanku yang baru adalah kesatuan tempur yang prestijius. Tidak heran jika anggotanya orang pilihan. Kata orang aku termasuk pinter dan

Singgah di Puncak

Sudah 5 tahun aku bekerja di kantor itu. Bos-ku seorang pria eksekutif muda dari keluarga kaya. Tidak heran dia tamatan luar negeri dan punya isteri cantik yang juga wanita karir. Mereka punya 2 anak laki-laki yang manis-manis dan berbakat ganteng seperti bapakya. Waktu kejadian ini umur Mas Rudi baru 30 tahun, 5 tahun lebih tua dari aku. Aku kagum pada Mas Rudi, seakan-akan dia

Sunat Militer

Seorang taruna akademi militer berciri : tanggap, tanggon dan trengginas. Seorang taruna adalah seorang laki-laki dan seorang militer. Di akademi militer (tidak perlu ditanyakan akademi militer apa dan di negara mana) kedua hal itu mempunyai persyaratan tertentu, seperti misalnya : "pria yang tidak berotot bukan laki-laki". Oleh karena itu semua taruna diharuskan (bahkan dipaksa) untuk

Taruna Dijadikan Lelaki Sempurna

Tahun pertama pendidikan di akademi militer, enam bulan sesudah aku jadi taruna, aku bersama 19 orang taruna lainnya dipanggil Bagian Kesehatan Akademi. Di Klinik Akademi kami semua disuruh telanjang bulat. Rupanya akademi mempunyai catatan tentang taruna yang belum sunat. Karena itu kami diperiksa lagi untuk mengkonfirmasikannya. Kami berdiri bertelanjang bulat, berbaris 3 syaf. Seorang

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story