Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Menyiksa Alex dengan kejam sebelum dinikmati.

by Jonathan Mangiring


Waktu aku masih bertugas di polisi militer aku punya anak buah bernama Alex. Dia berpangkat Sertu (sersan satu), umurnya sekitar 25 tahun. Seperti umumnya anggota polisi militer, Alex orangnya tinggi ramping, sekitar 170 cm dengan berat 60 kg. Tubuhnya kelihatan ramping, tapi kalau bajunya dilepas maka tampak tubuhnya yang atletis, berotot ketat dengan otot dada yang sangat menonjol ke depan dan otot perut yang ketat rata bertonjolan. Otot lengan, tungkainya juga atletis ketat dan dengan kulit yang teksturnya kelakian-lakian tapi mulus merangsang. Kulitnya berwarna coklat muda dan kedua puting susunya tampak ketat dan melenting. Alex juga berwajah ganteng. Kumis dan janggutnya yang tercukur rapi itu membiaskan warna agak kehitaman yang membuat aku sering terangsang jika melihat Alex. Apalagi Alex orangnya rapi dan bersih dan berlatar belakang sarjana muda. Aku tidak pernah bertanya lebih dalam tentang diri nya, aku sudah puas bisa menikmati ketampanan dan kejantanannya dengan pandangan mataku. Jika sedang latihan karate bersama Alex maka baju karatenya bagian depan sering agak tersingkap sehingga tampaklah belahan dadanya yang ketat dan berkilat oleh keringat, ini membuat kontolku jadi ngaceng berat sampai lubangnya memancarkan mazi (pre-cum). Jika dia sedang bertelanjang dada apalagi kalau dia mengenakan kancut waktu latihan renang maka perasaanku makin menggila, kontolku terasa tegang dan badanku lemas karena frustasi tidak bisa menuntaskan dan melampiaskan nafsuku padanya. Sebenarnya aku tidak suka ketiak yang berambut terlalu lebat, tapi jika melihat ketiak Alex yang berambut hitam dan lumayan banyak itu maka kontolku langsung ngaceng, tegang terangsang. Yang aku suka, entah Alex pakai sabun atau parfum atau deodoran apa, yang pasti tubuhnya tidak pernah memancarkan bau yang tidak sedap, bahkan cenderung berbau harum (Aku tidak suka lelaki bau!). Sudah satu tahun Alex jadi bawahanku di suatu markas polisi militer. Dengan sengaja aku mengembangkan hubungan pribadi dengan Alex, yang membikin dia taat dan setia kepadaku. Alex orangnya juga jujur dan correct. Dalam usia 25 tahun Alex masih bujangan. Hal ini membuatku mudah untuk memberi perintah pada Alex untuk membantu pekerjaanku di rumah. Meskipun aku seorang homoseks tulen 100%, tapi aku terpaksa menikah demi karir militerku. Aku berpura-pura cukup "bahagia" dengan pernikahanku, meskipun aku sama sekali tidak menikmati hubungan badan dengan isteriku dan kami tidak dikarunia anak. Isteriku juga tidak tahu bahwa suaminya seorang homoseks berat! Kedekatanku dengan Alex lama-lama melampaui batas kewajaran hubungan atasan-bawahan di militer. Dengan mengatakan pada isteriku: "ada urusan dinas", aku sering mengajak Alex ke luar kota, menyuruh dia yang menyetir mobil dan singgah di daerah pegunungan untuk "beristirahat". Mula-mula Alex aku suruh tidur di kamar lain, lama-kelamaan aku menyuruh Alex tidur sekamar denganku. Sebagai bawahan dia menurut saja. Di resort wisata yang punya fasilitas olahraga lengkap aku sering mengajak dia jogging bersama, main tenis, fitness, latihan beban dan berenang. Berkat latihan fisik seperti itu, tubuhku dan tubuh Alex makin berotot saja. Aku rajin olahraga agar bisa dekat-dekat dengan Alex dalam keadaan dia tampak sedang seksi bercucuran keringat. Percuma saja, karena aku tidak pernah berhasil membaui bau badan Alex. Karena aku "orang baik" isteriku tidak pernah curiga, apalagi aku selalu kontak dengan handphone. Setiap habis berenang aku ingin memerintahkan Alex membilas badan dalam satu kamar mandi denganku, sehingga aku bisa menikmati tubuh jantannya yang telanjang bulat. Tapi selalu saja kuurungkan karena belum-belum aku sudah ngaceng berat. Dengan keahlianku main sandiwara, Alex tidak curiga dengan aku. Padahal aku sedang mencari jalan yang paling elegan untuk bisa menikmati tubuhnya (Pembaca bisa menilai betapa kuatnya aku menahan gairah seksualku padahal aku sudah ngebet bukan main dengan Alex-ku tersayang). Akhirnya kesempatan itu datang bukan di tourist resort, tetapi di kantor. Yaitu pada suatu libur panjang, dimana ada 3 hari libur (Sabtu, Minggu, Senin). Aku mengajak Alex ke kantor untuk "inspeksi". Setelah pura-pura berkeliling markas, aku minta kunci kamar tahanan dan menyuruh Alex menemani ku. Kebetulan saat itu tahanan sedang kosong, sehingga tidak ada piket yang jaga di kamar tahanan. Setelah berpura-pura melihat-lihat kamar tahanan yang kosong itu, aku suruh Alex mengikuti aku ke kamar interogasi yang merangkap kamar siksa. Di kamar itu biasanya para tahanan militer diinterogasi sambil disiksa (baik perlu atau tidak perlu). Karena itu kamar siksa itu juga di lengkapi dengan tiang, kursi, meja yang dapat digunakan untuk menggantung atau memasang tahanana waktu akan menyiksa mereka. Berbagai alat penyiksaan juga tersedia disitu : cemeti, penyengat listrik, alat penjepit puting susu. Bahkan ada alat-alat untuk menyunat yang dapat digunakan untuk menyunat tahanan yang kontolnya masih berkulup - tanpa anestesi. Sesampainya di kamar siksa, dengan sigap pintu aku kunci dan Alex aku terjang. Dia kaget!. Segera aku kuasai Alex, dan setelah aku berhasil membekuknya (tidak sukar, karena Alex menurut saja!), segera aku lucuti baju dan celananya, sehingga dia hanya mengenakan kancut saja. Dia masih menurut, walaupun matanya memandang dengan penuh tanda tanya. Aku malah mengerling padanya dengan nakal. Aku sudah nekat, segera kancutnya pun aku renggut ke bawah hingga dia telanjang bulat dan aku bisa menikmati pemandangan jembut yang hitam lebat dan kontolnya yang besar dan sudah disunat ketat. Amat menggairahkan!. Aku dorong dia ke bangku kuda-kuda untu menyiksa dan dengan tendangan keras aku paksa dia berlutut. Lalu dengan sebuah cemeti besar aku hajar punggung, pantat dan paha serta betisnya dengan ayunan keras : "CETTARR..CETTARR..CETTARR". Berkali-kali sepuasku. Tubuhnya yang atletis dan telanjang bulat itu menggeliat dan menggelinjang kesakitan tiap kali cemeti besar itu menghunjam kulitnya, bilur-bilur lecet berdarah mulai muncul di badannya. Aku sudah masuk puncak kegilaan seksual, aku angkat tubuhnya dan aku telentangkan Alex ke lantai lalu aku ciumi bibirnya, kemudian lehernya sambil tanganku sibuk menelanjangi diriku sendiri. Aku lumat bibir Alexku sayang, aku jilati leher, puting susunya dan akhirnya kontolnya yang sudah menegang keras, merah dan berkilat aku isap , jilat dan sedot. Tak putus-putusnya akau merangsang, menggosok, memijit kedua puting susunya yang sudah keras dan ketat itu. Juga aku menjepit pinggulnya dengan kedua lututku. Aku tebus semua rasa pedih akibat lecutanku yang keras tadi dengan belaian dan rangsangan pada bagian tubuhnya yang sensitif. Setelah puas dan masing-masing kami mencapai telah orgasme serta memancarkan pejuh, aku ciumi dia dan aku bisikkan kata-kata sayang dan permohonan maaf. Dia meneteskan mata, aku peluk tubuhnya yang masih telanjang bulat dengan tubuh bugilku. lalu cepat-cepat aku dadani dia dan aku pun segera mengenakan pakaianku lagi. Aku lepaskan borgolnya dan aku bantu dia bangkit. Aku kembali memeluk dia dan minta maaf. Dia masih diam termangu. Aku ambil botol berisi aqua dan kuberi minum dia, dia menurut dan mau minum (air di botol aqua itu biasanya dipakai untuk membikin frustasi tahanan yang sedang disiksa sampai kehausan. Jadi diulurkan botol berisi air tapi tahanan tersebut tidak dibiarkan minum). Aku mengelus-ngelus punggungnya yang keras dan matanya masih merah menangis.Mungkin dia kesal dan marah atas kekejianku. Setelah dia tenang, cepat-cepat dia kubawa pulang. Akibat perbuatanku, Alex bengong selama 2 hari. Tapi untunglah dia tidak berubah sikap padaku, bahkan lama-lama dia makin terlatih melayani nafsuku. Yaitu setelah terlebih dulu aku hajar dia sampai babak belur.

###

14 Gay Erotic Stories from Jonathan Mangiring

Bentrokan Di Malam Minggu Yang Membawa Nikmat

Pada suatu malam minggu telah terjadi bentrokan di muka markas kesatuan kami - suatu kesatuan militer dari suatu negara. Entah apa alasannya maka terjadi bentrokan itu, yang pasti sebagai seorang perwira yang bertanggungjawab di bidang kepolisian militer (PM) aku segera dilapori. Segera aku meluncur ke markas dan setibanya di sana aku dapati 14 pemuda remaja sudah dimasukkan tahanan

Cerdas Cermat

Cerdas Cermat adalah acara yang paling digemari oleh para pelatih dan taruna senior di Akademi Militer (tidak penting di kota mana atau di negara mana), tetapi paling ditakuti oleh taruna yunior yang dipanggil Calon Prajurit Taruna (Capratar). Masa Capratar berlangsung pada 3 bulan pertama di awal pendidikan Akademi Militer. Pada masa itu Capratar nyaris dianggap setengah manusia atau

Dibentuk Jadi Laki-laki

Sekarang aku sudah jadi perwira menengah, akan tetapi pengalaman sadis sebagai taruna akademi militer tidak dapat kulupakan begitu saja. Aku baru berumur 18 tahun waktu diterima jadi calon taruna. Tidak usah kusebutkan akademi militer apa dan dimana, bahkan di negara mana, karena aku terikat sumpah untuk tidak cerita. Waktu itu ada sekitar 100 orang calon taruna baru dan kami yang

Jadi Tahanan Polisi Militer

Aku seorang bintara (tidak perlu kusebut dari angkatan mana dan di negara mana). Tampangku cukup ganteng dan tubuhku atletis. Sebetulnya aku punya ijazah sarjana (S1), tapi karena susah cari kerja aku masuk sekolah bintara dan berhasil lulus. Walaupun aku cukup senang dengan tugas dan pekerjaan di kesatuanku, tapi karena terlalu senjang dengan pendidikanku setelah 2 tahun aku bosan.

Jason Minta Supaya Aku Mau Dientot Tapi Kutolak

Jason adalah seorang bule yang sudah lama berada di negeri ku. Tidak heran jika dia tahu bahasa yang dipakai orang di negeriku. Tidak mudah untuk mendekati Jason, karena dia sibuk. Dia bekerja di suatu stasiun TV di negeriku sebagai penyiar. Keadaan negeriku jauh berbeda dengan di negerinya. Jason berasal dari suatu negara barat dan dia berkulit putih. Dia lumayan tinggi besar seperti

Kamar Siksa

Apakah hal seperti ini masih terjadi sekarang, aku tidak tahu. Tapi aku ingin menceritakan apa yang aku alami waktu aku mengikuti pendidikan militer sesudah tamat sekolah menengah. Nama asli institusi pendidikan militer itu bukan "sekolah" tapi disini aku sebut saja sekolah dan nama jabatan pimpinannya juga bukan "komandan" tapi aku sebut saja di sini komandan. Demikian pula sebutan

Manuver Rantai

Hobby dan dorongan menyiksa (bernuansa seksual) secara sadis di kalangan pelatih militer banyak aku temui selama aku mengikuti pendidikan militer (di suatu negara yang tak perlu aku sebut namanya). Siswa di akademi militer disebut Kadet atau dalam bahasa Indonesia : Taruna.Sebelum dilantik jadi Taruna, pada 3 bulan pertama Taruna-baru disebut Calon Prajurit Taruna atau Capratar. Capratar

Menyiksa Alex dengan kejam sebelum dinikmati.

Waktu aku masih bertugas di polisi militer aku punya anak buah bernama Alex. Dia berpangkat Sertu (sersan satu), umurnya sekitar 25 tahun. Seperti umumnya anggota polisi militer, Alex orangnya tinggi ramping, sekitar 170 cm dengan berat 60 kg. Tubuhnya kelihatan ramping, tapi kalau bajunya dilepas maka tampak tubuhnya yang atletis, berotot ketat dengan otot dada yang sangat menonjol

Olahraga Khas Taruna

Apa yang terjadi di dalam barak-barak akademi militer dan gedung olahraga akademi militer (tidak perlu disebut dimana atau di negara mana)adalah suatu misteri yang unik tapi kejam, sadis dan jantan! Aku teringat masa tarunaku, ketika aku masih berumur antara 18 - 20 tahun. Salah satu yang paling berkesan adalah waktu mengikuti acara olahraga khas taruna. Olahraga ini sering dilakukan

Penerapan kekejaman di pendidikan calon perwira.

Baru-baru ini diberitakan tentang penyiksaan yang dilakukan dalam pendidikan calon perwira di Peru. Penyiksaan ini dila-kukan oleh para senior terhadap yunior,yaitu siswa baru. Di layar TV ditayangkan hasil rekaman yang antara lain menun-jukkan seorang pemuda remaja berseragam tentara digantung di bawah pohon dan perutnya ditonjok oleh seniornya sampai muntah dan pingsan. Tayangan lain

Sang Komandan

Setelah 3 tahun bertugas di suatu kesatuan militer aku ditempatkan di kesatuan lain. Tak perlu kubilang nama kesatuannya atau di angkatan mana atau pun di negara mana. Aku tamatan suatu akademi militer dan saat kejadian ini sudah berpangkat kapten. Kesatuanku yang baru adalah kesatuan tempur yang prestijius. Tidak heran jika anggotanya orang pilihan. Kata orang aku termasuk pinter dan

Singgah di Puncak

Sudah 5 tahun aku bekerja di kantor itu. Bos-ku seorang pria eksekutif muda dari keluarga kaya. Tidak heran dia tamatan luar negeri dan punya isteri cantik yang juga wanita karir. Mereka punya 2 anak laki-laki yang manis-manis dan berbakat ganteng seperti bapakya. Waktu kejadian ini umur Mas Rudi baru 30 tahun, 5 tahun lebih tua dari aku. Aku kagum pada Mas Rudi, seakan-akan dia

Sunat Militer

Seorang taruna akademi militer berciri : tanggap, tanggon dan trengginas. Seorang taruna adalah seorang laki-laki dan seorang militer. Di akademi militer (tidak perlu ditanyakan akademi militer apa dan di negara mana) kedua hal itu mempunyai persyaratan tertentu, seperti misalnya : "pria yang tidak berotot bukan laki-laki". Oleh karena itu semua taruna diharuskan (bahkan dipaksa) untuk

Taruna Dijadikan Lelaki Sempurna

Tahun pertama pendidikan di akademi militer, enam bulan sesudah aku jadi taruna, aku bersama 19 orang taruna lainnya dipanggil Bagian Kesehatan Akademi. Di Klinik Akademi kami semua disuruh telanjang bulat. Rupanya akademi mempunyai catatan tentang taruna yang belum sunat. Karena itu kami diperiksa lagi untuk mengkonfirmasikannya. Kami berdiri bertelanjang bulat, berbaris 3 syaf. Seorang

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story