Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Kamar Siksa

by Jonathan Mangiring


Apakah hal seperti ini masih terjadi sekarang, aku tidak tahu. Tapi aku ingin menceritakan apa yang aku alami waktu aku mengikuti pendidikan militer sesudah tamat sekolah menengah. Nama asli institusi pendidikan militer itu bukan "sekolah" tapi disini aku sebut saja sekolah dan nama jabatan pimpinannya juga bukan "komandan" tapi aku sebut saja di sini komandan. Demikian pula sebutan untuk muridnya bukan "siswa", tapi disini aku sebut saja siswa. Pendidikan militer di sekolah itu berlangsung 3 tahun dan para siswa praktis jadi milik sekolah seperti barang inventaris. Karena orang bilang "jadi tentara adalah siap teken mati". Prinsip ini juga berlaku bagi para siswa sekolah militer ini. Hal ini ternyata dimanfaatkan sebaik-baiknya dan sepuas-puasnya oleh para pelatih termasuk pimpinan sekolah. Para pelatih dan pimpinan sekolah adalah juga alumni sekolah militer itu. Tidak heran jika tradisi kekejaman dan kesadisan yang Spartan diterapkan dalam sistem pendidikan sekolah itu menjadi turun menurun dari generasi ke generasi bahkan cenderung makin kejam dan sadis yang sering disebut sebagai "makin jantan". Bahkan jika seorang siswa sedang disiksa atau baru selesai disiksa ditanya seseorang bagaimana perasaannya waktu disiksa, dia harus menjawab "Jantan sekali!" yang sebetulnya berarti "Kejam sekali atau sadis sekali!" Demikian pula jika siswa merasa kesakitan waktu ditempeli besi panas atau rokok menyala oleh pelatih, dia akan berkata : "Jantan sekali!" sambil menyeringai kesakitan. Karena filosofi yang diikuti sekolah itu adalah "lelaki jantan adalah lelaki yang tahan siksaan". Biasanya siswa yang kekar, tampan dan jantan lebih sering "terpilih" untuk dihajar. Maksudnya agar: (1) mereka tertarik jadi pelatih di sekolah itu jika sudah tamat, (2) mereka senang mempraktekkan siksaan itu pada angkatan berikutnya, sebagai balas dendam, (3) calon pelatih militer di sekolah (yang dijadikan kader) terdiri dari orang yang kekar, atletis, ganteng dan yang penting sadis! Aku sendiri termasuk yang sering disiksa. Karena aku gemar olahraga tinju dan binaraga maka tubuhku kekar dan berotot, kebetulan aku juga berwajah ganteng. Tidak jarang aku disiksa secara seksual seperti disuruh menghisap batang kemaluan pelatih atau sesama siswa setelah terlebih dulu dicambuk, dilistrik, disundut rokok atau ditempeli besi panas supaya menyerah dan menurut seperti budak nafsu! Waktu aku jadi siswa, komandan sekolah terkenal amat sangat sadisnya! Tapi si komandan memang lelaki sempurna. Wajahnya ganteng, jantan dan berkumis, tubuhnya tinggi besar, kekar dan sangat berotot. Tradisi di sekolah militer itu banyak yang unik. Antara lain adalah bahwa olahraga renang harus dilakukan bertelanjang bulat. Tidak boleh pakai celana renang, karena semuanya laki-laki disitu dan kegiatan dilakukan dalam air. Apa perlunya menutup-nutupi kelaki-lakian di antara sesama lelaki yang bahkan semuanya berstatus militer(?!). Si Komandan ini bahkan menyediakan kamar siksa sendiri di sebelah kamar kerjanya. Jika dia sedang kumat dorongan menyiksanya, dia minta dikirimi siswa yang baru saja melakukan pelanggaran atau kesalahan, jika kebetualn tidak ada pelanggaran, bisa dibuat-buat atau direkayasa pelatih, misalnya seorang atau beberapa siswa diprovokasi oleh pelatih sampai melanggar aturan sekolah, seperti berkelahi antar siswa sendiri. Waktu itu aku dianggap melanggar aturan karena kurang dinilai bersih mencukur kumis dan rambut ketiak. Suatu keharusan bagi semua siswa di situ. Jadilah aku diseret ke kamar siksa komandan setelah disuruh lepas pakaian, alias telanjang bulat. Di dalam kamar siksa itu Komandan ternyat sudah siap hanya mengenakan kancut binargawan yang sangat minim itu. Di tangannya tergenggam pecut yang ujungnya diberi semacam paku. Tanapa "ba.. bi.. bu" ia melecuti betis dan punggungku sampai menimbulkan luka yang berlumuran darah. Dalam keadaan lecet-lecet berdarah itu, tanganku diborgol dan langsung dikerek dengan rantai. Aku tergantung bergoyang-goyang di tengah kamar siksa. Kaki dan paahku juga dipasangi borgol logam yang bagian dalammya berpaku sehingga aku merasa sakit dan terasa cairan dingin mengalir di tungkaiku. Ternyata yang mengalir adalah darah dari luka palu di pahaku. Komandan makin menggila melihat darah. Dia mengambil besi lalu dimasukkan ke dalam lobang kemaluanku. sakitnya bukan main, aku tidak tahan lagi dan menjerit :"AAAGGHH!!!", kesakitan. Aku masih sadar. Tetapi waktu Komandan memasukkan dildo berpaku ke dalam lobang pantatku aku tidak kuat lagi. Pingsan. Waktu aku siuman, aku masih tergantung di kamar siksa telanjang bulat. Waktu aku lirik ke lantai. Tampak darah berceceran. Meskipun belum puas, karena kau pingsan, siksaan dihentikan. Aku dipaph telanjang bulat ke klinik, diobati dan diopname selam 5 hari. Anehnya selama 5 hari itu aku tidak diberi penutup selembar benang pun, harus telanjang bulat! Meskipun semaput dan sangat tersiksa, selam pendidikan itu aku masih berharap disiksa lagi oleh Komandan. Karena aku gay dan gemar main S/M. Sampai sekarang, jika teringat siksaan-siksaan di sekolah militer itu kemaluanku masih terangsang,tegang, bahkan kadang-kadang terpaksa onani!

###

14 Gay Erotic Stories from Jonathan Mangiring

Bentrokan Di Malam Minggu Yang Membawa Nikmat

Pada suatu malam minggu telah terjadi bentrokan di muka markas kesatuan kami - suatu kesatuan militer dari suatu negara. Entah apa alasannya maka terjadi bentrokan itu, yang pasti sebagai seorang perwira yang bertanggungjawab di bidang kepolisian militer (PM) aku segera dilapori. Segera aku meluncur ke markas dan setibanya di sana aku dapati 14 pemuda remaja sudah dimasukkan tahanan

Cerdas Cermat

Cerdas Cermat adalah acara yang paling digemari oleh para pelatih dan taruna senior di Akademi Militer (tidak penting di kota mana atau di negara mana), tetapi paling ditakuti oleh taruna yunior yang dipanggil Calon Prajurit Taruna (Capratar). Masa Capratar berlangsung pada 3 bulan pertama di awal pendidikan Akademi Militer. Pada masa itu Capratar nyaris dianggap setengah manusia atau

Dibentuk Jadi Laki-laki

Sekarang aku sudah jadi perwira menengah, akan tetapi pengalaman sadis sebagai taruna akademi militer tidak dapat kulupakan begitu saja. Aku baru berumur 18 tahun waktu diterima jadi calon taruna. Tidak usah kusebutkan akademi militer apa dan dimana, bahkan di negara mana, karena aku terikat sumpah untuk tidak cerita. Waktu itu ada sekitar 100 orang calon taruna baru dan kami yang

Jadi Tahanan Polisi Militer

Aku seorang bintara (tidak perlu kusebut dari angkatan mana dan di negara mana). Tampangku cukup ganteng dan tubuhku atletis. Sebetulnya aku punya ijazah sarjana (S1), tapi karena susah cari kerja aku masuk sekolah bintara dan berhasil lulus. Walaupun aku cukup senang dengan tugas dan pekerjaan di kesatuanku, tapi karena terlalu senjang dengan pendidikanku setelah 2 tahun aku bosan.

Jason Minta Supaya Aku Mau Dientot Tapi Kutolak

Jason adalah seorang bule yang sudah lama berada di negeri ku. Tidak heran jika dia tahu bahasa yang dipakai orang di negeriku. Tidak mudah untuk mendekati Jason, karena dia sibuk. Dia bekerja di suatu stasiun TV di negeriku sebagai penyiar. Keadaan negeriku jauh berbeda dengan di negerinya. Jason berasal dari suatu negara barat dan dia berkulit putih. Dia lumayan tinggi besar seperti

Kamar Siksa

Apakah hal seperti ini masih terjadi sekarang, aku tidak tahu. Tapi aku ingin menceritakan apa yang aku alami waktu aku mengikuti pendidikan militer sesudah tamat sekolah menengah. Nama asli institusi pendidikan militer itu bukan "sekolah" tapi disini aku sebut saja sekolah dan nama jabatan pimpinannya juga bukan "komandan" tapi aku sebut saja di sini komandan. Demikian pula sebutan

Manuver Rantai

Hobby dan dorongan menyiksa (bernuansa seksual) secara sadis di kalangan pelatih militer banyak aku temui selama aku mengikuti pendidikan militer (di suatu negara yang tak perlu aku sebut namanya). Siswa di akademi militer disebut Kadet atau dalam bahasa Indonesia : Taruna.Sebelum dilantik jadi Taruna, pada 3 bulan pertama Taruna-baru disebut Calon Prajurit Taruna atau Capratar. Capratar

Menyiksa Alex dengan kejam sebelum dinikmati.

Waktu aku masih bertugas di polisi militer aku punya anak buah bernama Alex. Dia berpangkat Sertu (sersan satu), umurnya sekitar 25 tahun. Seperti umumnya anggota polisi militer, Alex orangnya tinggi ramping, sekitar 170 cm dengan berat 60 kg. Tubuhnya kelihatan ramping, tapi kalau bajunya dilepas maka tampak tubuhnya yang atletis, berotot ketat dengan otot dada yang sangat menonjol

Olahraga Khas Taruna

Apa yang terjadi di dalam barak-barak akademi militer dan gedung olahraga akademi militer (tidak perlu disebut dimana atau di negara mana)adalah suatu misteri yang unik tapi kejam, sadis dan jantan! Aku teringat masa tarunaku, ketika aku masih berumur antara 18 - 20 tahun. Salah satu yang paling berkesan adalah waktu mengikuti acara olahraga khas taruna. Olahraga ini sering dilakukan

Penerapan kekejaman di pendidikan calon perwira.

Baru-baru ini diberitakan tentang penyiksaan yang dilakukan dalam pendidikan calon perwira di Peru. Penyiksaan ini dila-kukan oleh para senior terhadap yunior,yaitu siswa baru. Di layar TV ditayangkan hasil rekaman yang antara lain menun-jukkan seorang pemuda remaja berseragam tentara digantung di bawah pohon dan perutnya ditonjok oleh seniornya sampai muntah dan pingsan. Tayangan lain

Sang Komandan

Setelah 3 tahun bertugas di suatu kesatuan militer aku ditempatkan di kesatuan lain. Tak perlu kubilang nama kesatuannya atau di angkatan mana atau pun di negara mana. Aku tamatan suatu akademi militer dan saat kejadian ini sudah berpangkat kapten. Kesatuanku yang baru adalah kesatuan tempur yang prestijius. Tidak heran jika anggotanya orang pilihan. Kata orang aku termasuk pinter dan

Singgah di Puncak

Sudah 5 tahun aku bekerja di kantor itu. Bos-ku seorang pria eksekutif muda dari keluarga kaya. Tidak heran dia tamatan luar negeri dan punya isteri cantik yang juga wanita karir. Mereka punya 2 anak laki-laki yang manis-manis dan berbakat ganteng seperti bapakya. Waktu kejadian ini umur Mas Rudi baru 30 tahun, 5 tahun lebih tua dari aku. Aku kagum pada Mas Rudi, seakan-akan dia

Sunat Militer

Seorang taruna akademi militer berciri : tanggap, tanggon dan trengginas. Seorang taruna adalah seorang laki-laki dan seorang militer. Di akademi militer (tidak perlu ditanyakan akademi militer apa dan di negara mana) kedua hal itu mempunyai persyaratan tertentu, seperti misalnya : "pria yang tidak berotot bukan laki-laki". Oleh karena itu semua taruna diharuskan (bahkan dipaksa) untuk

Taruna Dijadikan Lelaki Sempurna

Tahun pertama pendidikan di akademi militer, enam bulan sesudah aku jadi taruna, aku bersama 19 orang taruna lainnya dipanggil Bagian Kesehatan Akademi. Di Klinik Akademi kami semua disuruh telanjang bulat. Rupanya akademi mempunyai catatan tentang taruna yang belum sunat. Karena itu kami diperiksa lagi untuk mengkonfirmasikannya. Kami berdiri bertelanjang bulat, berbaris 3 syaf. Seorang

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story