Gay Erotic Stories

MenOnTheNet.com

Office Boy

by Omsakti


Di kantorku ada office boy baru, namanya Santosi. Dia masih muda, baru 22 tahun umurnya. Untuk cowok yang baru datang dari kampung (Jawa Tengah), dia bisa dibilang ganteng. Penampilannya yang lugu malah bikin tuh anak terkesan kyut abis. Rambutnya dipotong cepak, gaya taruna TNI. Badannya termasuk atletis menjurus sexy. Pokoknya pantes dikata macho, Bo! Aku sendiri nggak sengaja pernah ngebuktiin kemacho-an Santosi (sumpah deh nggak sengaja, cuman sedikit rekayasa kali yeee!). Anyway, suatu malem aku sendirian kerja lembur sampe diatas jam 10 malem, en di kantor itu tinggal aku karyawannya. Lainnya cuma ada Santosi sama satpam aja, mereka memang tidur di kantor. Waktu aku pulang naek motor, baru aku inget kalo ada dokumen yang ketinggalan di kantor, padahal besok harus aku bawa ke Bank Indonesia. Terpaksalah aku balik ke kantor lagi. Dikantor aku lihat pintu masuk udah dikunci en ruang resepsionis juga udah gelap. Terpaksa aku bel. Dari dalem aku denger ada suara, "Siapa sih nih?" Begitu pintu dibuka, Santosi berdiri di depanku asli cuman pake celana dalem doang, model bikini murahan yang bahannya tipis banget warna biru muda butek nerawang abis dan udah agak kesempitan lagi(bayangin...bayangin sana sampe ngaceeennnggg.....!). Aku sampe tahan nafas deh ngeliat jendolan di depan kancut minim cowok item manis itu yang kesannya diobral banget. Pokoknya boros banget itu bungken (bungkusan kentong, Nek). "Oh, Pak Omega. Maaf Pak, saya kira siapa? Maaf ya saya udah mau tidur, jadi udah buka baju!" Santosi langsung aja minta maaf, padahal mestinya dia bilang sorry belum sempat nyopot cawat segitiga nan mungil-ngil yang cuman sekedar nempel itu. "Ah, nggak pa-pa, San. Saya mau ambil dokumen yang ketinggalan aja kok!" sahutku berusaha menutupi kegugupan dan menenangkan syahwat. Gundukan alat vital office boy imut itu bener-bener dahsyat (gue tegesin lagi nih!), padahal aku yakin benda yang bersemayam dibaliknya itu tidak dalam keadaan "siap tempur". Cepat-cepat aku menuju meja kerjaku dan mengambil dokumen yang ketinggalan. Lalu aku mendekati Santosi dan meraba sempaknya sambil senyum, "Apa mesti buru-buru tidur, nih?" godaku nakal sambil memijit sedikit ujung alat vital pemuda desa itu. Santosi cuma bengong tersipu malu, diam total aku gerayangin urat lelakinya. Setelah beberapa lama aku kobelin, dia akhirnya terhenyak seraya berbisik, "Jangan Pak, ah, nanti...!" Tangannya mencoba membebaskan selangkangannya dari kejailan tanganku. "Nanti apa? Nanti enak?" godaku sambil terus menggerayangi urat kelelakiannya yang mulai terasa mengeras. Anak itu menatap tajam ke arah wajahku, sudah tidak malu-malu lagi dia. Sorot pandangnya mengandung pengertian yang mendalam (Dee....sok sastra ya Gue!). Aku tambah nekat, kurogoh ke dalam cawatnya, langsung menyentuh aurat jantannya yang tambah tegang saja. Anak kampung berwajah ganteng itu memegang tanganku dengan kedua tangannya sambil setengah berbisik, "Kalau keras, susah lemasnya nanti, Pak!" Dengan agak serak aku berbisik balik, "Biar saya yang lemasin," Muslih kontan melepaskan pegangannya, membebaskanku mencengkram alat kelaminnya yang ternyata luar biasa gedenya ketika sudah tegang total malah dia agak mengangkangkan kedua belah kakinya, memberikanku akses yang lebih lega lagi. Tanpa banyak bicara kugeret anak muda itu ke meja tamu dan kupeloroti lembaran segitiga penutup tubuh terakhirnya itu. Dan menyembulllah sebatang kontol sepanjang hampir 20 cm dengan urat-urat bertonjolan disekujur batangnya yang begitu bundar dan menggoda bagian ujungnya. Segera saja kuselomoti batang peler Santosi dengan rakusnya. Anak itu langsung melenguh, "Anggghhh.......anggghhhh......!" Aku tambah aktif megulumi dan memundurmajukan kepalaku. Enak sekali kontol Santosi yang masih perjaka tulen itu. A lot-a lot gurih gitchu, Pikatchu! Sesekali mulutku pindah menjilati kantong buah-buah peler Santosi yang juga gede. Tanganku menelusup ke bawah pantatnya hingga aku bisa meremasi bokongnya sambil terus "makan besar" di selangkangannya. Ada hampir duapuluh menit anakmuda itu kubikin kelojotan. Tau-tau begitu saja air mani lelaki belia itu menyemprot-nyemprot ke kerongkonganku. Kedua belah tangan Santosi dengan nekatnya memegang bagian belakang kepalaku dan menariknya ke arah dalam selangkangannya. Creeeettt....creeetttt.......crreeettttt......! Berkali-kali pejunya menyembur-nyembur, membuat aku agak sibuk menelannya. Setelah beberapa saat kulepaskan kulumanku pada kontol Santosi. Pada saat bersamaan terdengar suara dari arah ruang dalam, "Siapa, San........?" Markum Satpam kantor muncul dengan tubuh yang masih agak basah karena habis mandi, tubuh kekarnya cuma bercelana dalam coklat tua. Dan ia memandang ke arah kami berdua dengan mata melotot...........! Kalau ada yang mau gabungan ide lanjutan kisah ini kontak ke: omega2000@mailandnews.com

###

Popular Blogs From MenOnTheNet.com

Please support our sponsors to keep MenOnTheNet.com free.

11 Gay Erotic Stories from Omsakti

Bahari Ingin Jadi Penerbang (Eh, Petinju), Part 1

Bahari Ingin Jadi Penerbang (Eh, Petinju), Part 1 Kedua anak muda yang cuma koloran itu meninju sansak dengan tekunnya. Yang kolornya merah bergaris kuning di pinggir kiri-kanannya bernama Bahari. Umurnya 19 tahun 4 bulan. Waktu kecil,karena keseringan nonton iklan di TV dia ingin jadi penerbang tapi setelah mendengar sendiri bagaimana teman sekampungnya yang pernah

Dipalak

Sore itu Angga madol dari kursus bahasa Inggrisnya. Bukannya les tuh anak kelas 1 SMU Negeri malah ke mal, mau cuci mata judulnya. Waktu dia ada di lantai 4 mal di kawasan Jakarta Barat itu, taunya ada anak muda pake jaket en berrambut gondrong (pokoknya potongan preman deh!) ngeliatin dia aja. Angga jadi agak ngeri sendiri apalagi mal sedang nggak gitu rame, maklum hari kerja. Angga

Ngerjain Phillip

Kerjaan gue di rumah duta besar Kerajaan Inggris untuk Jakarta. Tugas gue sebagai kepala rumah tangga mengharuskan gue untuk tinggal di rumah bertingkat dua berkamar delapan itu. Belum lama ini anak tunggal majikan gue dateng ke Jakarta nengokin ortunya. Namanya Phillip, umur 18 tahun en masih sekolah SMU di London. Anaknya kece berat. Rambutnya pirang berombak, bibirnya merah banget.

Office Boy

Di kantorku ada office boy baru, namanya Santosi. Dia masih muda, baru 22 tahun umurnya. Untuk cowok yang baru datang dari kampung (Jawa Tengah), dia bisa dibilang ganteng. Penampilannya yang lugu malah bikin tuh anak terkesan kyut abis. Rambutnya dipotong cepak, gaya taruna TNI. Badannya termasuk atletis menjurus sexy. Pokoknya pantes dikata macho, Bo! Aku sendiri nggak sengaja

Petualangan Sex di Sekolah Atlet Ragunan (1)

Due to international translation technology this story may contain spelling or grammatical errors. To the best of our knowledge it meets our guidelines. If there are any concerns please e-mail us at: CustomerService@MenontheNet Petualangan Sex di Sekolah Atlet Ragunan (1) Nanang benar-benar kepanasan! Padahal di malam pertamanya tidur di asrama sekolah khusus atlet di Ragunan itu ia

PON (Pekan Olahraga Ngaceng), Part 3

PON (Pekan Olahraga Ngaceng), Part 3 "Terang bulan, terang di Ancol... Terus terang gue ingin ngisep kontol...!" Masih terngiang-ngiang pantun kocak Vito waktu atlet polo air yang sekampung dengan si Doel Anak Sekolahan itu mengemut urat kejantanan di selangkangan Obie yang belum pernah ke pantai Ancol dan masih bego masalah sepong-sepongan burung itu.

PON (Pekan Olahraga Ngaceng), Part 1

PON (Pekan Olahraga Ngaceng), Part 1 Pertama kali Vito melihatnya waktu ia sedang antri buang air kecil di WC di luar Stadion Utama Senayan, mereka persis bersebelahan dari lambang di jaketnya Vito tau kalau atle muda yang tampan itu berasal dari Sumatra Selatan. "Dari Sumsel, ya?" Vito mengawali percakapan. "Iya," jawab anak itu sambil senyum. Kece

PON (Pekan Olahraga Ngaceng), Part 2

PON (Pekan Olahraga Ngaceng), Part 2 Di bawah cahaya bulan (ikut-ikut lagu keroncong) Vito takjub memandangi tubuh liat berotot Obie yang kini tidak berpenutup sama sekali itu. Pesenam Sumsel yang dipelototi penuh nafsu itu cuma menunduk jengah. Padahal pelernya berdiri mengacung gagah ke arah pusar tanpa rasa malu sama sekali. Otot paling jantan Obie benar-benar sudah

Ridwan And Yudistira, Part 1

Semua perenang tahu persis persaingan sengit antara kedua atlet spesialis gaya dada kelompok umur Senior (17 tahun ke atas) Ridwan dan Yudistira. Sejak masih di KU IV dulu mereka selalu bergantian saling mengalahkan. Kadang-kadang mereka harus saling berbagi juga: Ridwan merebut emas 100 m sedangkan Yudistira yang 200m-nya. Dan minggu ini di Purwokerto keduanya bakal ketemu lagi di

Ridwan And Yudistira, Part 2

Sambil melirik ke arah Yudistira yang berdiri di sebelahnya, Ridwan membetulkan posisi alat kelaminnya yang selalu mengacung ke arah pusarnya dalam balutan cawat renang segitiga minimnya. Yudis sedang berjalan ke arah kolam dan menangguk air kolam untuk membasahi tubuh kekarnya. Ridwan berusaha keras untuk berkonsentrasi penuh ke pertandingan yang akan segera diterjuninya: 200m Dada!

Teguh Kukuh, Keras Sekaleee...!

Hari Senin hari gilanya Teguh, teman sebangku Epi di 3-IPA-6. Bukan apa-apa seperti hari-hari Senin yang lalu Teguh mengenakan celana dalam garis-garis warna oranye, jelas sekali menerawang di balik celana seragam putihnya. Dan jam ke 5 itu Epi bukannya konsentrasi ke pelajaran Kimia Pak Andriwan tapi malah mikirin cel-dalnya Teguh. Epi sudah bersahabat dengan Teguh sejak mereka masih

###

Web-04: vampire_2.0.3.07
_stories_story